Tujuan Dilakukan Perawatan Multi Tie Tamper Secara Tertib

Sarana Multi Tie Tamper (MTT) memiliki fungsi vital yang dibutuhkan untuk pemeliharaan prasarana perkeretaapian. Butuh pengelolaan jitu agar sarana perkeretaapian tersebut tetap handal bisa melakukan pekerjaan perawatan prasarana perkeretaapian secara optimal.

 

Pagi benar tim berangkat ke lokasi MTT menggunakan fasilitas transportasi publik kereta api Trans Sulawesi. Kereta Api menempuh perjalanan dari Stasiun Kereta Api Mandai Ma’rumpa di Kabupaten Maros dan tiba di Stasiun Tanate Rilau tepat waktu. Jarak lebih kurang 75 km ditempuh tak lebih dari dua jam perjalanan. Hari itu cuaca cerah langit berwarna biru terang, meskipun angin laut lumayan kencang, tak menghambat tugas pemeriksaan sarana KA.

Stasiun Tanete Rilau sisi utara kota Makassar Sulawesi Selatan, menjadi tempat tujuan Tim Pengawas sarana perkeretaapian Balai Perawatan Perkeretaapian. Ada satu Multi Tie Tamper (MTT) produksi Matisa yang ada di dekat lokasi stasiun, tepatnya di Gudang Prasarana Kereta Api Barru milik Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian Prayudi terbang ke Sulawesi Selatan bersama tim pada Agustus lalu untuk melakukan pemeriksaan sarana peralatan khusus tersebut.

Instruksi Kepala Balai Perawatan Perkeretaapian jelas, Sarana KA harus SO (Siap Operasi), termasuk MTT Matisa di Gudang Barru itu. “Tidak ada ceritanya sarana milik negara yang kita kelola TSO (Tidak Siap Operasi), pastikan pekerjaan perawatan dilakukan dengan akuntabel, semua harus ada analisa dan pengamatan yang cermat di lapangan, gunakan waktu dengan efektif”, tegas Prayudi ketika briefing dengan tim perawatan sebelum pelaksanaan pemeriksanaan dilakukan.

Setiba di lokasi tim melakukan koordinasi dengan staf Balai Pengelola Kereta Api Sulawesi Selatan dan mitra kerja yang sudah siap untuk mengoperasikan MTT Matisa untuk dilakukan pengecekan fungsi sarana.

Tanpa membuang-buang waktu, seluruh tim langsung bekerja memeriksa MTT. Metode pemeriksaan dilakukan dengan pengamatan secara visual, uji fungsi komponen serta pengecekan uji fungsi tamping MTT di sekitar emplasement Gudang Prasarana Barru. Seluruh komponen MTT dipindai menggunakan checksheet sarana, meliputi komponen mesin, sistem pneumatik untuk fungsi pengereman sarana, lalu rangkaian alat tamping, lining sensor, komponen trolley, kelistrikan, sistem hidrolik, komponen bogie dan roda, fasilitas rantai pengamanan sarana, dan komponen mekanikal termasuk pemeriksaan bagian go no go item yang wajib dipenuhi sebelum sarana dioperasikan.

Terlihat alat tamping pada MTT Matisa dilakukan uji fungsi oleh tim, termasuk pada komponen roler clamp. MTT berjalan beberapa meter untuk melakukan pemecokan. Hal itu harus dilakukan untuk mengetahui kondisi sistem tamping MTT. Sistem tamping merupakan rangkaian alat pecok yang terhubungan dengan sistem hidrolik sebagai penggeraknya, dan lining sensor sebagai pengatur indikator gerakannya. Tak cukup satu hari, hari kedua pun pengecekan dilanjutkan secara simultan melanjutkan pemeriksaan hari pertama.

Detil-detil kecil sarana tak luput dari pengamatan, seperti kabel-kabel di ruang mesin, kabel altenator, lampu kerja, pun lampu selasar indikator di meja pelayanan ASP tak luput menjadi catatan. Kemudian pada bagian bearing dan gearbox dipastikan tidak ada indikasi rembesan oli pelumas. Kondisi komponen utama MTT pada daun tamping secara fisik dilihat satu per satu untuk memastikan tidak ada yang gompal, karena kondisi tersebut dapat mengganggu pengoperasian di lapangan.

Semua pengamatan tercatat secara lengkap pada lembar checksheet pemeriksaan, termasuk apabila ada temuan yang harus ditindaklanjuti oleh tim. Usai pemeriksaan, unit MTT Matisa dikembalikan untuk stabling di dalam gedung fasilitas tempat penyimpanan sarana, Gudang Prasarana Kereta Api Barru. Penyimpanan di dalam ruang dilakukan sebagai upaya untuk memitigasi timbulnya risiko kerusakan pada sarana akibat faktor cuaca dan faktor eksternal lain, diluar faktor penggunaan operasi.

Data-data yang tertuang di dalam checksheet kemudian dianalisa untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi aktual sarana MTT berdasarkan temuan-temuan faktual di lapangan. Hasil analisa staf pengawas MTT, secara umum menyimpulkan bahwa MTT Matisa dapat berfungsi untuk melakukan pemecokan ballast secara normal, namun meskipun secara fungsi baik, tapi ada beberapa catatan minor yang harus ditindaklanjuti agar sarana dapat dioperasikan di jalur lintas raya kereta api, artinya ada beberapa spare part yang perlu dilakukan penggantian agar nantinya tidak mengganggu operasional sarana dalam pekerjaan perawatan jalur rel di lapangan.

Tidak membutuhkan waktu lama, kebutuhan spare part segera dikoordinasikan dengan staf BMN Balai Perawatan Perkeretaapian untuk melakukan penggantian dalam waktu singkat. Kesigapan dalam perawatan Sarana KA seperti ini diperlukan, karena panggilan tugas untuk pengoperasian MTT pada pekerjaan peningkatan jalur rel dapat diminta sewaktu-waktu dan dibutuhkan dalam tempo yang cepat.

Balai Perawatan Perkeretaapian dalam kewenangannya mengelola 13 sarana peralatan khusus berjenis Multi Tie Tamper. Semua MTT yang merupakan Sarana Milik Negara (SMN) ini tersebar di beberapa wilayah nusantara. Hingga artikel ini ditulis, masing-masing tiga unit MTT berada di Jawa Barat dan Sumatera Utara, lalu masing-masing dua unit di Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan, kemudian masing-masing satu unit MTT ada di Jawa Tengah, Jakarta, dan Aceh.

Ada beberapa merek dan jenis MTT dari ketigabelas sarana yang dikelola. Tiga MTT dengan merek Plasser & Theurer 09-16 CSM berjenis Single Sleeper, empat MTT dengan merek Plasser & Theurer 09-32 CSM berjenis Duomatic, dua MTT merek Plasser & Theurer berjenis Unimat Compact 08-275/3S, dua MTT merek Harsco dan dua mereka MTT merek Matisa.

Seperti halnya pemeriksaan MTT Matisa di Sulawesi Selatan, staf pengawas MTT dan tim teknis Balai Perawatan Perkeretaapian melakukan pemeriksaan secara paralel pada MTT di lokasi lainnya. Pemeriksaan sarana di lapangan menjadi salah satu mekanisme monitoring kondisi aktual dan faktual SMN. Hasil analisa yang dibuat oleh staf pengawas MTT menjadi referensi dalam melakukan perawatan MTT, baik perawatan yang bersifat periodik maupun pengembalian fungsi komponen dan penggantian spare part. Tugas untuk selalu memastikan MTT dalam kondisi SO (Siap Operasi) setiap saat, dijalankan oleh seluruh Tim Pengawas MTT dan Tim Teknis MTT di lapangan. Hasil baiknya proses pengelolaan SMN tersebut dirasakan, ketika MTT sewaktu-waktu diminta untuk melakukan pekerjaan perawatan prasarana, semisal untuk peningkatan jalur rel di petak tertentu. Seperti halnya ketika MTT mendapat panggilan untuk pemecokan di wilayah Bandung, Jawa Barat dan wilayah Solo-Wonogiri, Jawa Tengah pada awal Semeter II 2024 ini. Ulasannya ada di rubrik lain buletin ini. (yogo)

Share to:

Berita Terkait: